MIKJEPARA.com, JEPARA – Rendahnya partisipasi pemilih dalam Pilkada dapat berakibat pada kurangnya legitimasi bagi para kepala daerah terpilih. Hal ini juga bisa berdampak pada kualitas pemerintahan daerah, karena pemimpin yang terpilih tidak mewakili mayoritas suara rakyat.
Berdasarkan data Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Jepara (KPU Jepara), angka partisipasi pemilih untuk pemilihan Bupati-Wakil Bupati hanya di angka 65,26 persen. Pada tahun 2017 lalu, angka partisipasinya mencapai 73,9 persen.
Angkanya turun 8 persen dari Pilkada tahun 2017 lalu, bisa diartikan bahwa partisipasi pemilih di Pilkada Jepara 2024 rendah.
Sedangkan untuk pemilihan gubernur, angka partisipasinya justru naik. Pada tahun 2018, angka partisipasinya 60,87 persen. Sedangkan tahun ini naik menjadi 65,37 persen.
Menurut Muntoko, Koordinator daerah (Korda) Akademi pemilu dan demokrasi (APD) Jepara, ada berbagai faktor yang menjadi sebab. Diantaranya, karena pemilihan bupati (Pilkada Jepara 2024) dilaksanakan dengan jarak hanya sembilan bulan dan di tahun yang sama dengan Pemilu 2024.
Rendahnya partisipasi pemilih adalah tantangan yang harus dihadapi oleh masyarakat dan penyelenggara pemilu. Perbaikan dalam berbagai aspek, mulai dari pendidikan politik hingga akses yang lebih baik, dapat membantu meningkatkan partisipasi dalam Pilkada ke depannya.
Pilkada Jepara 2024 juga dilakukan secara serentak atau bersamaan dengan pemilihan gubernur Jawa Tengah (Pilgub Jateng). Hal ini bisa saja menjadi salah satu faktor hingga akhirnya partisipasi pemilih turun.
Muntoko juga menilai bahwa penyebab partisipasi yang rendah lainnya adalah apatisme politik di masyarakat Jepara masih cukup tinggi. Mungkin bagi para pemilih yang tidak nyoblos (golput) itu sebagian besar berpikirnya adalah siapapun yang terpilih menjadi kepala daerah tidak berdampak signifikan pada kehidupan mereka, sehingga memilih untuk tidak datang ke TPS.
”Tentu ini perlu riset. sehingga ini menjadi tantangan bagi siapapun nanti yang terpilih, yaitu harus mampu membuktikan kepada pemilih, bahwa yang bersangkutan bisa memberikan dampak secara signifikan terhadap kemajuan daerah dan masyarakatnya,” imbuhnya.
Bahkan Hoaks dan informasi yang menyesatkan juga dapat membuat pemilih bingung atau bahkan merasa tidak ada calon yang layak dipilih. Ketidakpastian ini sering menyebabkan mereka memilih untuk tidak ikut memilih sama sekali, daripada membuat keputusan yang salah. (MIKJPR-01)
Reporter : AD/DS
Editor : Hnv