Google search engine

MIKJEPARA.com, JEPARA – Temuan artefak yang diduga sebuah terakota kembali terdeteksi keberadaannya di sekitaran situs Candi Bubrah Dukuh Duplak, Desa Tempur, Kecamatan Keling. Artefak ini ditemukan saat dilakukan kegiatan bersih-bersih di situs Candi oleh Forum Komunikasi Peduli Cagar Budaya Muria (FKPCBM).

Sementara itu, hasil penelitian tim Balar DI. Yogyakarta selama ini, terkait keberadaan situs Candi Angin, Candi Bubrah dan Candi Aso semula diduga dibangun pada abad VIII Masehi. Bahwa ketiga candi tersebut dibangun pada masa surut dan runtuhnya Majapahit, pada masa pemerintahan Hayam Wuruk berakhir.

Candi Bubrah

Keberadaan tiga buah candi tersebut meskipun mempunyai karakteristik dan arsitektur yang berbeda, namun mempunyai beberapa kesamaan.

Bentuk berundak dan tidak berbilik, arah hadap pada puncak gunung, berada di puncak gunung, menggunakan bahan berupa lempengan batu serta berada di pantai utara Jawa. Dan antara beberapa artefak yang sering ditemukan, jenis terakota yang paling sering didapati di sekitaran situs.

“Kita kemarin saat melaksanakan bersih-bersih di Candi Bubrah dan menemukan sebuah artefak yang diduga sebagai terakota,” ungkap Subkord Bidang Sejarah dan Kepurbakalaan Lia Supardianik, beberapa waktu lalu.

Artefak yang diduga sebagai terakota ini ditemukan pada Minggu, 1 Mei 2024 pukul 11.50 WIB oleh salah satu peserta. Kemudian dilaporkan kepada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jepara.

Terakota berupa tembikar berbahan tanah liat, yang ditemukan sekitar satu meter dari Candi Bubrah. Kondisinya agak sulit karena berada di sebuah tebing yang cukup curam.

“Hasil temuan ini selanjutnya kami bersihkan dan dilaporkan kepada Balai Pelestari Cagar dan Budaya Wilayah x Provinsi Jawa Tengah (Jateng),” kata dia.

Kondisi terakota memang sudah tidak utuh, karena sebagian sudah pecah dan berupa kepingan. Namun demikian tetap menjadi bagian temuan sejarah yang harus dilestarikan.

Lia menghimbau kepada masyarakat, atau para pecinta alam yang mendaki di wilayah pegunungan Muria. Jika menemukan sebuah benda yang diduga bagian sebagai cagar budaya, untuk dapat dilaporkan.

“Kalau menemukan jangan diambil. Bisa didokumentasikan bersama titik koordinatnya. Kemudian laorkan kepada kami atau tim cagar budaya Muria,” kata dia.

Ketua Forum Komunikasi Peduli Cagar Budaya Muria Andik Aristiawan, mengatakan pendakian dimulai pada Mei 2024 lalu. Para peserta naik dari Dukuh Duplak, dan bermalam di Situs Candi Bubrah. Kemudian, keesokan harinya dilaksanakan pembersihan tegakan serta tanaman di sekitar situs Candi Bubrah.

Kegiatan bersih situs oleh komunitas peduli cagar budaya ini, akan dijadikan even atau kegiatan rutin untuk menjaga kelestarian situs di sekitar Pegunungan Muria.

“Perlu adanya kajian lebih mendalam termasuk penataan ulang dan Ekskavasi (penggalian arkeologi), untuk menggali lebih jauh keberdaan situs Candi Bubrah, dan sekitarnya,” kata dia. (MIKJPR-01)

Reporter : DA/Rdtr
Editor : Haniev

Tinggalkan Balasan