Ki Gemblong dikenal sebagai seseorang yang rajin dan tekun dalam merawat hewan ternak. Mbah Babadan pun merasa sangat cocok dengan kepribadiannya. Suatu ketika, saat Ki Gemblong sedang menggembala hewan ternak di tepi sungai, ia melihat banyak ikan dan udang di sungai.
Ki Gemblong kemudian menangkap ikan serta udang, dan membakarnya di dalam kandang ternak. Hal tersebut dilakukan Ki Gemblong berkali-kali, hingga ia terlalu sibuk makan dan melupakan tugas utamanya, yaitu merawat hewan-hewan ternak milik Mbah Babadan.
Akibat diabaikan Ki Gemblong, semua hewan ternak menjadi kurus dan sakit. Mbah Babadan mulai curiga dengan hal yang dialami ternaknya.

Akhirnya, ia menyaksikan sendiri Ki Gemblong sedang menikmati ikan dan udang bakar di dalam kandang ternak. Seketika itu, Mbah Babadan marah dan memukul Ki Gemblong menggunakan pelepah kelapa yang sudah dibakar. Tidak terima dengan pukulan itu, Ki Gemblong pun membalas memukul menggunakan pelepah kelapa yang sudah dibakar.
Alhasil, terjadilah adu Perang Obor, yang membuat kandang ternak habis terbakar dan besarnya api membuat semua hewan ternak milik Mbah Babadan melarikan diri.
Mbah Babadan dan Ki Gemblong terkejut melihat semua hewan ternak di kandang yang mulanya sakit, tiba-tiba sembuh dan bisa melarikan diri setelah terjadi Perang Obor. Peristiwa inilah yang mendasari munculnya keyakinan bahwa Perang Obor merupakan sebuah upaya tolak bala dan pagebluk.
Senin Pahing malam Selasa Pon dipercaya masyarakat Desa Tegalsambi sebagai hari pasaran saat prosesi perang obor tersebut berlangsung. Tahun 2025, panitia sudah menyiapkan 400 obor yang nantinya dimainkan oleh 40 orang pemain dari desa setempat.
Petinggi juga telah menyiapkan minyak Londoh, sebagai obat oles bagi siapapun yang terkena bara api saat perang obor berlangsung. Ramuan minyak khusus yang berkhasiat menyembuhkan luka bakar pada kulit, baik dari kalangan pemain sendiri ataupun penonton (MIKJPR-04)
Reporter : AD/TB
Editor : Haniev