MIKJEPARA.com, JEPARA – Pemerintah Kabupaten Jepara berkomitmen mendorong peningkatan daya jual kerajinan ukir melalui kegiatan pameran seperti Jepara International Furniture Buyer Weeks (JIF-BW).
Bupati Jepara Witiarso Utomo mengatakan bahwa seni ukir sebagai identitas dan kebanggaan Jepara merupakan warisan budaya dan tulang punggung industri kreatif Jepara.

Menurutnya melalui tangan terampil para perajin ukir, Jepara mampu menghasilkan karya seni bernilai tinggi dan dikagumi seluruh dunia.
“Saya harap dengan adanya event seperti ini seluruh masyarakat jepara memiliki napas atau semangat yang sama. Karena kalau kita sendiri tidak mengetahuinya, bagaimana dengan dunia yang ada di luar sana,” kata Wiwit, Kamis (13/3/2025).
Wiwit mengingatkan akan ketatnya persaingan industri di era modern ini, utamnya di sektor furnitur dan ukir baik di tingkat nasional maupun global.
Ia memaparkan beberapa aspek yang perlu diperhatikan guna menghadapi tantangan industri.
Beberapa di antaranya adalah pentingnya inovasi desain dengan mengeksplorasi desain baru mengikuti tren pasar tanpa meninggalkan ciri khas ukir Jepara, peningkatan kualitas produksi, pemanfaatan teknologi dan digitalisasi untuk meningkatkan pemasaran, serta regenerasi pengukir.
“Seni ukir Jepara harus terus menjadi simbol kreativitas dan keunggulan Jepara di tingkat dunia,” tandasnya.
Dirinya turut mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada para peserta serta pihak terkait yang berkontribusi pada acara tersebut.
Ia mendorong pelestarian seni ukir, sebab hal tersebut merupakan warisan nenek moyang yang memerlukan daya, kreativitas, dan kompetensi yang luar biasa.
Sementara itu, Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menyampaikan bahwa berdasarkan catatan sejarah, seni ukir
Jepara sudah tercatat sejak abad ke-15. Beberapa artefak yang dapat terlihat hingga kini salah satunya adalah ukiran di Makam Sultan Hadlirin, Mantingan.
“Sekitar tahun 1928-1930 sudah ada sekolah ukir di Jepara. Di masa itu juga, bahkan R. A. Kartini sudah memikirkan agar ukiran memiliki value yang lebih tinggi dengan menerapkan ukiran pada furnitur dan melakukan hubungan dagang melalui sahabatnya di luar negeri,” ucap Lestari.
Lestari membenarkan ucapan Wiwit mengenai cita-citanya meningkatkan daya jual ukir Jepara melalui nilai seni tidak hanya sebuah produk kriya kayu semata.
“Saya yakin dengan kerja sama semua pihak, tentu dengan naungan pemerintah daerah dan leadership dari Pak Bupati. Kemarin kami sudah berbincang dengan pihak UNESCO mengenai persyaratan yang diperlukan untuk menetapkan ukir Jepara sebagai warisan budaya tak benda,” ujarnya.
Menurutnya ada beberapa kendala yang dihadapi dalam memenuhi persyaratan tersebut. Salah satunya adalah adanya ukiran di beberapa daerah seperti ukir Bali dan beberapa daerah lainnya.
Sehingga perlu adanya dokumen yang menunjukkan bahwa ukir Jepara dapat berdiri sendiri dan berbeda dengan daerah lain. Terdapat 99 peserta yang mengikuti acara carving contest tersebut.
Dari 99 peserta, 13 diantaranya ditetapkan sebagai juara oleh dewan juri. 10 juara kategori wood carving, dan 3 juara dari kategori CNC carving. (latifa)