Dua Tahun Terhenti, Festival Perang Obor Berkobar Kembali

0
183

MIKJEPARA.com, JEPARA – Kobaran api menyala dengan gagahnya, disambut riuh penonton yang memadati area Festival Perang Obor. Festival kembali digelar dalam acara pamungkas Sedekah Bumi Desa Tegalsambi, Senin (20/6/2022).

Acara diawali dengan prosesi upacara adat, dilanjutkan dengan kirab pusaka yang dimulai dari rumah Petinggi Tegalsambi Agus Santoso sampai perempatan Tegalsambi.

Sekretaris Daerah (Sekda) Jepara Edy Sujatmiko yang hadir mewakili Penjabat (Pj.) bupati Edy Supriyanta menyulut obor pertama tanda perang obor dimulai. (Foto: Diskominfo Jepara)

Sekretaris Daerah (Sekda) Jepara Edy Sujatmiko yang hadir mewakili Penjabat (Pj.) bupati Edy Supriyanta menyulut obor pertama tanda perang obor dimulai. Acara yang dihadiri oleh Pimpinan Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jepara, Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo), Kepala Dinas Pariwisata dan Budaya (Disparbud), Camat Tahunan, serta perwakilan organisasi masyarakat itu pun penuh sesak dengan lautan manusia yang sudah tak sabar menanti perang dimulai.

“Saya menyambut baik acara perang obor tahun ini dapat kembali digelar meriah. Tidak hanya pelaksanaan aktivitas sosial budaya, melalui event seperti ini saya harap mampu menggerakkan perekonomian masyarakat,” ujar Edy.

Edy terkesan dengan masyarakat Tegalsambi yang senantiasa melestarikan budaya lokal. Sebagaimana diketahui, perang obor merupakan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang diakui oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) sejak tahun 2021 bersama dengan Pesta Lomban dan Jembul Tulakan.

Edy juga menyambut positif inovasi Pemerintah Desa Tegalsambi yang menuangkan perang obor ke dalam bentuk seni lain seperti Batik Perang Obor dan Tari Obor.

“Silakan berkomunikasi dengan Disparbud, nanti kita olah menjadi kreasi yang lebih baik,” ucapnya.

Ditemui secara terpisah, Petinggi Tegalsambi Agus Santoso mengatakan tradisi perang obor merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakan tiap Senin Pahing malam Selasa Pon di bulan Besar atau Dzulhijjah, bertepatan dengan sedekah bumi desanya.

“Ini merupakan bentuk rasa syukur kami. Api obor ini kami percaya mampu mendatangkan kesehatan dan menolak bala,” kata Agus.

Ia menceritakan bahwa perang obor bermula dari legenda Ki Gemblong yang dipercaya oleh Kyai Babadan untuk merawat dan menggembalakan ternaknya. Namun karena terlena dengan ikan dan udang di sungai, ternak tersebut terlupakan sehingga sakit atau mati. Kyai Babadan yang tidak terima dengan kelalaian Ki Gemblong, memukul Ki Gemblong dengan obor dari pelapah kelapa. Akibatnya ia menggunakan obor serupa untuk membela diri. Tanpa diduga, benturan kedua obor menyebarkan api di tumpukan jerami di sebelah kandang. Ternak yang awalnya sakit tiba-tiba menjadi sembuh. (DiskominfoJepara/Reza)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here