MIKJEPARA.com, JEPARA – Para empu dari Jepara bakal memamerkan keris-kerisnya di Jambore Nasional Keris Keraton Surakarta. Acara ini akan menampilkan beberapa karya keris kamardikan dari beberapa perajin atau empu tosan aji di Nusantara.
Beberapa empu asal Jepara diantaranya Empu Tumaji, dan empu-empu muda jebolan ISI Surakarta pun sudah menyiapkan karya terbaiknya untuk ikut kontes yang digelar mulai 26-29 Juni 2025.

Empu Tumaji saat dikonfirmasi, mengatakan bahwa ia akan mengikutsertakan dua karya kerisnya. Antaranya berwarangka ladrang dan gayaman gaya Surakarta. Lomba cipta karya keris kamardikan ini sendiri memperebutkan piala Karaton Surakarta Hadiningrat.
Dengan hadiah puluhan juta rupiah, plus doorprize 1 unit mobil. Rencananya juga, hadiah akan diserahkan langsung oleh pihak keraton pada puncak acara Jamnas Keris 2025.
“Masih saya simpan, nanti akan ditampilkan di Solo (red: Jambore Nasional Keris). Do’akan saja semoga dari Jepara bisa tampil dengan hasil maksimal,” terang empu yang memiliki besalen di Mayong ini.
Sementara itu, empu-empu muda lainnya asal Jepara yang merupakan mahasiswa Prodi Keris ISI Surakarta juga akan menampilkan karya terbaiknya.
Salah satu empu muda Jepara, Diandra menjelaskan bahwa karya kerisnya memang didasari literasi saat menempuh perkuliahan di Prodi Keris ISI Surakarta. Ia mampu menghasilkan beberapa produk, untuk turut serta pada ajang Jambore Nasional Keris besok.
“Mahakarya para empu masa lalu kini bisa ‘diputrani’ dengan merdeka, maka kami juga ingin ciptakan hal yang serupa dengan berpedoman dari pakem maupun secara kontemporer,” terangnya.
Bambang Setyawan, selaku Ketua Paguyuban Kawula Karaton Surakarta (Pakasa) Kabupaten Jepara mendukung langkah baik ini. Ia sepenuhnya percaya karya empu-empu di Jepara tidak kalah bagus dengan empu lain di nusantara.
Ia menambahkan bahwa, untuk lomba keris yang di gelar ada beberapa ketentuan. Diantaranya harus berdhapur sengkelat dengan pamor bebas tanpa kinatah. Dan dikhususkan bagi peserta dari kalangan Empu maupun pengrajin.
“Tujuannya untuk membangkitkan gairah, para kreator keris akan kreativitasnya dan keris tetap lestari. Banyak yang kurang paham keris, karena senjata ini diidentifikasikan dengan dunia supranatural, maka perlu dikemas dengan semenarik mungkin,” terang Bambang.
Maka tidak mengherankan, jika pembuatan keris di era Kamardikan (setelah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945) juga bisa menjadi ekspresi seni, ekspresi keindahan dari para “empu-empu” keris modern. Lebih kepada sisi ekonomi kreatif yang akan menjadi komoditi industri.
Tentunya dengan lomba keris yang digelar di Keraton Surakarta ini akan semakin memperkaya khasanah budaya di Solo. Juga merupakan investasi nasional, bahwa nilai pendidikan dikedepankan, tidak hanya nilai ekonominya saja yang dinikmati.
Di Jepara sendiri ada ratusan pegiat dunia tosan aji yang aktif berkegiatan, bahkan beberapa event telah digelar. Ditambah lagi terhitung, ada sekitar 10 empu yang aktif menempa. Mengulang kembali sejarah Jepara yang juga dikenal sebagai wilayah persebaran empu-empu tulen di era kerajaan hingga kolonial.
Dugaan tersebut juga bisa temukan dalam catatan yang ditulis oleh Dr. Isaac Groneman dalam bukunya. Dalam tulisan tersebut pada tahun 1820–1910 seni tempa pamor atau motif yang berasal dari wilayah pesisiran Jepara dikerjakan oleh 2 orang empu. Yang diperkirakan berasal dari Tegalsambi. (MIKJPR-04)
Reporter : AD/TB
Editor : Laila