MIKJEPARA.com, JEPARA – Kelenteng Hian Thian Siang Tee atau yang sering disebut Kelenteng Welahan Jepara dipercaya merupakan kelenteng tertua di Nusantara. Kelenteng ini berada di Desa Welahan, persis letaknya berdekatan dengan Pasar Tradisional Welahan.
Ada dua kelenteng yang berada di Desa Welahan, yakni Kelenteng Hian Thian Siang Tee (Dewa langit) dan Kelenteng Hok Tek Bio (Dewa Bumi).
Dua kelenteng tersebut masih aktif digunakan dalam aktivitas umat Tridharma. Selain digunakan untuk sembahyang bagi warga Thionghoa, juga menjadi wisata religi yang dikunjungi banyak orang.
Sekretaris Yayasan Kelenteng Welahan, Suwoto menjelaskan bahwa kelenteng di Welahan ini sudah berdiri sebelum abad ke-18. Konon, kelenteng Welahan diyakini sebagai kelenteng tertua, karena di dalamnya terdapat pusaka Tionghoa yang pertama kali dibawa ke Indonesia.
Pusaka itu dibawa oleh seorang ahli pengobatan Tan Siang Boe saat perjalanan menuju Indonesia, menyusul saudaranya Tan Siang Djie yang sudah lebih dulu di Welahan Jepara.
Lanjut Suwoto menceritakan, dalam perjalanan di tengah laut Tan Siang Boe bertemu seorang biksu, Hweeshio yang sakit keras. Biksu tersebut hendak melakukan perjalanan menuju Singapura.
Tan Siang Hoe kemudian memberikan bantuan dan pertolongan hingga Hweeshio sembuh. Sebagai balas budi, sang biksu lantas memberikan hadiah upeti berupa benda pusaka kepada Tan Siang Boe.
Baca Juga : Jelang Imlek 2025, Kelenteng Welahan Bakal Gelar Acara Ini
“Hadiah bingkisan pusaka tersebut lalu diserahkan ke saudaranya, Tan Siang Djie untuk dirawat,” ujar Suwoto.
Dulunya, kata Suwoto, kelenteng welahan hanya berbentuk seperti perumahan biasa. Namun seiring berkembangnya zaman dan bertambahnya umat, kelenteng ini kemudian dibangunkan sebuah altar.
Hingga menjadi seperti sekarang, Kelenteng Welahan dijadikan sebagai destinasi wisata religi bagi warga pribumi dan sekitarnya.
“Seiring zaman, banyak orang datang, ukay semakin banyak sehingga bisa menjadi kelenteng Hian Thian Siang Tee seperti sekarang,” terang lelaki yang akrab disapa Woto itu.
Pusaka peninggalan tokoh Tionghoa di kelenteng welahan ini masih disimpan dan dirawat dengan baik. Suwoto menyebut, ada beberapa jenis pusaka di antaranya patung dewa, bendera, buku, pedang hingga foto-foto yang berkaitan dengan sejarah tokoh pendiri.
Sedikit berbeda, di Kelenteng Hok Tek Bio, menurut Suwoto kepastian bukti sejarah di Kelenteng Dewa Bumi itu belum bisa dipastikan.
“Kalau yang di Hian Thian Siang Tee sudah bisa dibuktikan, bahkan juga ditulis orang Belanda. Di kelenteng ini, RA Kartini juga pernah berobat,” kata Woto sambil menunjukkan bukti tertulisnya.
Kelenteng Dewa bumi Welahan, lanjut Woto, juga merupakan kelenteng tua di Indonesia. Bedanya, benda-benda pusaka di kelenteng tersebut merupakan pindahan dari daerah Wedung, Demak.
“Kelenteng Dewa Bumi juga, sama-sama pusaka dari Tiongkok, hanya saja yang membawa beda orang. Sekitar tahun 1800 saat terjadi Geger Pecinan,” terangnya.
Biasanya orang-orang perantau selalu membawa benda dewa-dewa yang dibawa saat berpindah. Akhirnya benda-benda tersebut disimpan di Kelenteng Hok Tek Bio dan dirawat di sana.
“Banyak yang meyakini kehebatan orang Thionghoa itu mengenai pengobatan dan mengusir roh jahat. Sehingga banyak pusaka di simpan di sini,” pungkasnya. (MIKJPR-01)
Reporter : AD/DS
Editor : Hnv