Home Berita Jepara Hari Ini Mengenal Panembahan Juminah, Sang Penyebar Islam di Tanah Mantingan

Mengenal Panembahan Juminah, Sang Penyebar Islam di Tanah Mantingan

1

MIKJEPARA.com, JEPARA – Jika anda berkunjung ke komplek Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan, tepat dari parkiran utama dipintu gerbang masuk anda akan melihat tanda papan petunjuk yang mengarah ke sebuah komplek makam salah satu tokoh “Cikal Bakal” Desa Mantingan. Letaknya persis berada di seberang jalan, atau tepatnya sisi selatan area parkir bus dan kendaraan roda 4.

Papan petunjuk tersebut akan menghantarkan para peziarah menuju salah satu komplek makam lain, yang tak lain adalah beliau yakni Panembahan Ki Ageng Juminah atau Mbah Juminah. Jika anda berjalan kaki, cukup sekitar 3-5 menit untuk menuju lokasi.

Penunjuk arah menuju makam Panembahan Juminah, terlihat jelas dari seberang area parkir utama gerbang Komplek Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan. Peziarah bisa mengikuti petunjuk menuju komplek makam yang berada di sisi selatan Masjid. (Foto : MIK Jepara)

Beliau merupakan murid dari Syekh Abdul Jalil atau Sunan Jepara. Dalam versi lain, Syekh Abdul Jalil dikenal juga dengan nama lain dari Syekh Siti Jenar. Tokoh penyebar islam di tanah jawa yang dianggap konon berseberangan dengan Walisongo karena ajarannya.

Karena Syekh Abdul Jalil harus melanjutkan dakwahnya ke wilayah lain, Mbah Juminah kemudian dipercaya untuk melanjutkan dakwah Islam di Desa Mantingan, Tahunan, Jepara.

Mbah Juminah memilih singgah di Mantingan melanjutkan dakwah gurunya. Hingga kemudian Retno Kencono yang merupakan putri dari Sultan Trenggono Demak di nobatkan sebagai Ratu Jepara. Hingga akhirnya mendirikan Masjid bersama sang suami R. Toyib yang dikenal dengan Sultan Hadlirin.

Pangeran Toyib sendiri merupakan putra Sultan Ibrahim dari Aceh yang bergelar Sultan Mukhayat Syah. Ia dikirim ke Demak untuk belajar ilmu pemerintahan dan agama Islam. Karena berjodoh, akhirnya ia menikah dengan Retna Kencana.

Makam Panembahan Juminah tidak jauh dari kompleks Makam dan Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan. Dari area parkir bawah Masjid Mantingan, terdapat petunjuk arah Makam Ki Ageng Juminah. Terdapat gang jalan beton sebagai akses masuk ke makam tersebut.

Jalan selebar 2,5 meter itu sedikit menanjak sekitar 100 meter. Lalu berbelok ke kanan sejauh 30 meter. Memasuki area makam, jalan paving dihiasi bunga yang tumbuh di tepi jalan masuk menandai makam sudah dekat. Di lokasi makam terdapat dua bagian utama bangunan.

Bangunan Mushalla dan makam, area makam berupa bangunan minimalis berukuran sekitar lima meter persegi. Cungkup makam tertutup kain kombinasi hijau dan putih.

Menurut ahli waris lokasi makam Mbah Juminah, Ali Efendi yang juga Ketua RT 12/6 Desa Mantingan, Tahunan, Mbah Juminah adalah murid Syekh Abdul Jalil atau Sunan Jepara. Sebelum Sultan Hadlirin dan Ratu Kalinyamat membuat masjid di sekitar bukit di Mantingan, Syekh Abdul Jalil memilih wilayah tersebut sebagai pusat berdakwah. Kemudian Syekh Abdul Jalil melanjutkan perjalanan dakwahnya.

Mbah Juminah memilih menetap di Mantingan melanjutkan dakwah gurunya. Hingga kemudian Retno Kencono dinobatkan sebagai Ratu Jepara. Lalu Sultan Hadlirin menggantikan istrinya sebagai penguasa Jepara. Merasa ajaran Islam juga diperjuangkan penguasa pasangan suami istri, Mbah Juminah ikut mengabdi berdakwah di sekitar Mantingan.

Peringatan Haul Mbah Juminah sendiri dilaksanakan setiap tanggal 17 bulan Sura atau Muharram. Tahun ini akan diselenggarakan pada 24 Juli 2024.

”Mantingan ini jadi lokasi penyepian Sultan Hadlirin dan Ratu Kalinyamat. Tapi sebelumnya Mantingan sudah dipilih Sunan Jepara berdakwah. Muridnya, Mbah Juminah memilih menetap di sini. Baru datanglah Sultan Hadlirin yang kemudian mendirikan masjid,” kata Ali. (MIKJPR-01)

Reporter : xpo/am
Editor : Haniev

1 COMMENT

Tinggalkan Balasan