MIKJEPARA.com, JEPARA – Penetapan Hari Keris Nasional sangat penting sebagai usaha pengakuan secara nasional terhadap keris sebagai warisan budaya tak benda yang telah diakui oleh UNESCO pada 25 November 2005.
Hari Keris bukan hanya sekadar perayaan atas keberadaan benda bernilai seni tersebut, tetapi juga sebagai pengingat akan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Bahkan sebagai penghormatan kepada si empu pembuat keris ataupun pusaka tosan aji lainnya.
Keris mengajarkan konsep keberanian, ketangguhan, dan kebijaksanaan, yang sering kali dikaitkan dengan sifat-sifat kepemimpinan dalam masyarakat Jawa. Tak terkecuali juga bagi sejumlah komunitas pecinta dan pelestari Tosan Aji, khususnya di kota ukir.
Perkumpulan Pelestari Tosan Aji Jepara (PPTAJ) memeringati Hari Keris Nasional tahun ini dengan mengajak sejumlah anggota komunitas dan Pamong Budaya dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jepara untuk ziarah dan napak tilas jejak sejarah Empu Tegalsambi pada Senin (25/11/2024).
Jepara, yang dikenal sebagai Kota Ukir juga memiliki sejarah panjang dalam seni pembuatan keris. Pada abad ke-18 hingga awal abad ke-19, terdapat dua empu keris yang bermukim di Desa Tegalsambi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara.
Informasi ini diperoleh dari catatan dr. Isaac Groneman, yang menyebutkan bahwa antara tahun 1820 hingga 1910, seni tempa pamor masih ditemukan di beberapa tempat di Pulau Jawa, termasuk Jepara.
Ia merupakan seorang dokter Belanda yang dikenal atas kontribusinya dalam studi budaya dan arkeologi Jawa. Pada tahun 1858, Groneman berangkat ke Hindia Belanda dan menetap di Yogyakarta, di mana ia menjadi dokter pribadi Sultan Hamengkubuwana VI.
Salah satu kontribusi penting Groneman adalah penelitiannya tentang keris Jawa didalam bukunya “The Javanese Kris”. Ia mendokumentasikan proses pembuatan keris oleh para empu, termasuk teknik pamor yang kompleks. Laporannya menjadi referensi penting dalam memahami seni dan simbolisme keris dalam budaya Jawa.
“Disini menurut cerita sesepuh saya, di Desa Tegalsambi memiliki 2 orang empu yang keberadaanya masih kita dalami perannya saat itu. Baik Empu Supo dan Empu Suro,” ungkap Kyai Mukhlisin salah satu sesepuh PPTAJ.
Empu Tegalsambi, yang menurut legenda dan sejarah lisan masyarakat, dianggap sebagai salah satu empu besar, dikenal luas karena kemampuannya menciptakan keris dengan kualitas luar biasa. Ia dipercaya hidup pada zaman kerajaan-kerajaan di Jawa, meskipun rincian pasti mengenai kehidupannya sering kali kabur dan bersifat mistis.
“Kali ini dalam rangka memperingati Hari Keris, kami mengajak rekan-rekan pelestari tosan aji untuk ziarah dan napak tilas serta mengajak dinas terkait untuk melakukan pendampingan dan inventarisir keberadaan makam dua tokoh tersebut,” imbuh Kyai Mukhlisin.
Sementara itu, Kepala Museum Kartini Jepara Lia Supardianik saat ikut serta pada agenda ziarah dan napak tilas tersebut menceritakan bahwa penelusuran sejarah ini memang perlu. Tentunya selain dari cerita tutur, ada pembuktian sejarah yang bersumber dari catatan dan keberadaan secara fisik.
“Tentunya akan mencatat dan mendokumentasikan apa yang kami kunjungi hari ini, dan salah satu tugas kami sebagai pamong budaya akan menginventarisir situs-situs budaya tersebut,” jelas Lia.
Selama ini keberadaan dua tokoh empu tersebut memang hanya sebatas cerita mulut ke mulut. Jika merujuk dari catatan sejarah, kedua tokoh tersebut aktif menempa keris di akhir abad 18. Bahkan dari beberapa sumber lainnya, ada beberapa nama empu yang juga berprofesi sama tinggal di Jepara. (MIKJPR-01)
Reporter : AD/DS
Editor : Hnv