Google search engine

MIKJEPARA.com, JEPARA – Peringatan 148 tahun RMP. Sosrokartono yang jatuh pada 10 April bertepatan dengan hari jadi Jepara ke- 476, diperingati sebagaian warga Jepara dan Kudus dengan menggelar sarasehan serta Dialog Budaya di makam Sedomukti, Kaliputu, Kudus, Kamis (10/4/2025).

Seperti diketahui Sosrokartono yang lahir pada 10 April 1877 selain putra dari Bupati Jepara, Sosroningrat, juga merupakan kakak sekaligus mentor RA. Kartini. Sosrokartono yang dimakamkan di Makam Sedomukti ini juga salah satu tokoh besar Indonesia yang diakui sebagai gurunya Ir. Soekarno Presiden pertama RI.

Hadir dalam acara dialog budaya tersebut, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Kudus, Disparbud Kota Rembang, Ketua Komisi C Kabupaten Jepara Nur Hidayat, Kepala Desa Kaliputu, Yayasan Sosrokartono Sedomukti, serta menghadirkan dua narasumber Hadi Priyanto dan Anang Susetyo yang berasal dari Manado.

Hadir pula beberapa komunitas pengagum pemikiran serta laku Sosrokartono di antaranya, Pakasa, Ngaulo Gusti, Bokor Kencana, Matra, Komuitas Pengobatan Alternatif serta beberapa tamu undangan yang terdiri dari warga Kudus dan Jepara.

Dalam sambutanya, Bupati Kudus, Sam’ani Intakoris, yang diwakili oleh Kadisparbud Kudus menyampaikan bahwa acara dialog budaya dalam memperingati 148 Sosrokartono merupakan bentuk nyata dari kesungguhan dalam menggali, menjaga dan merawat serta mengaktualisasikan nilai-nilai luhur.

“Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi informasi, kita memerlukan pegangan yang kuat untuk menjaga karakter bangsa. Di sinilah ajaran Raden Mas Panji Sosrokartono tentang keheningan batin, cinta tanah air, dan makna sejati dari ilmu pengetahuan menjadi sangat relevan”, ujar Sam’ani.

“Saya berharap, melalui dialog budaya hari ini, akan lahir pemikiran-pemikiran segar dan langkah-langkah nyata untuk menjadikan nilai-nilai luhur Raden Mas Panji Sosrokartono”, tandasnya.

Berbeda dengan Sam’ani, Ketua Komisi C DPRD Jepara Nur Hidayat justru mendorong Sosrokartono untuk diusulkan sebagai Pahlawan Nasional.

“Selama ini sosok Sosrokartono sering dilupakan oleh masyarakat terutama generasi muda. Bahkan nama Kartono, bagi anak-anak kecil hanya sebuah nama untuk menyebut Kartini laki-laki, tanpa mengetahui bahwa Kartono benar-benar ada”, ungkap Nur Hidayat.

“Kalau memang perlu kita usulkan sebagai pahlawan nasional kenapa tidak, biar kita tidak kepaten obor. Karena pemikiran-pemikiran Sosrokartono layak untuk diteladani”, beber Anggota Dewan dari F-NasDem.

Sementara itu, Hadi Priyanto dan Anang Susetyo mengungkapkan sejarah, perjalanan, falsafah, laku serta pemikiran-pemikiran Sosrokartono yang selama ini tidak diketahui banyak orang.

Menurut Hadi Priyanto, Sosrokartono salah satu inisiator terbentuknya Indische Vereeniging atau dikenal juga sebagai Perhimpunan Indonesia. Sebuah organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Belanda yang berdiri pada tahun 1908.

Masih menurut Hadi Priyanto, dalam buku “Memoir” tulisan Mohammad Hatta, dituliskan bahwa Sosrokartono memperoleh gaji sebesar USD1250 sebagai seorang wartawan Perang Dunia I dari harian New York Herald Tribune”.

Berbeda dengan Hadi Priyanto, Anang Susetya yang bertahun-tahun melakukan penelitian tentang Sosrokartono justru menemukan prilaku Sosrokartono dilihat dari sudut pandang Islam.

“Sosrokartono merupakan ahli dalam pengobatan alternatif. Salah satunya dengan menggunakan media air putih”, ujar Anang.

“Selama perjalanan saya melakukan ibadah umroh dan haji saya meyakini bahwa Sosrokartono terinspirasi dengan kesucian air zam-zam dalam prakteknya sebagai “Dokter air putih”, kata pria asal Manado tersebut.

“Kenapa saya mengatakan demikian, karena dalam perjalanan hidupnya Sosrokartono pernah menjadi penerjemah dalam Liga Bangsa-Bangsa, salah satunya negara Arab” tandas Anang Susetyo. (latifa)

Tinggalkan Balasan