Waspada! Angka Kasus DBD di Jepara Meningkat

0
15

MIKJEPARA.comJEPARA –  Kasus Demam Berdarah Dengue atau DBD di Jepara, seiring waktu terus meningkat cukup signifikan. Berdasarkan prediksi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jepara, kasus DBD ini masih akan berlangsung hingga awal Maret 2024 nanti.

Pj Bupati Jepara, Edy Supriyanta mengimbau warganya untuk lebih waspada. Sebab, saat ini masih berlangsung musim penghujan, di mana pertumbuhan nyamuk aedes aegypti yang jadi penyebab DBD terus meningkat.

Nyamuk aedes aegypti yang jadi penyebab DBD

”Kami himbau, seluruh masyarakat harus waspada dengan DBD. Karena musim penghujan masih berlangsung,” kata Edy, Kamis (22/2/2024).

Edy mengatakan, tindakan paling utama yang harus dilakukan masyarakat adalah menjaga kebersihan di lingkungan masing-masing. Masyarakat diimbau untuk mengecek kubangan-kubangan atau tempat lain yang berisi air dan berpotensi menjadi sarang nyamuk.

Terpisah, Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Jepara, dr Eko Cahyo Puspeno menilai, saat ini sedang terjadi siklus lima tahunan. Peningkatan kasus secara signifikan terjadi setidaknya pada tahun 2014, 2019 dan 2024 ini.

”Lonjakannya cukup banyak. Cukup signifikan. Ini seperti mengulang siklus lima tahunan,” jelas Eko.

Menurut Eko, anak-anak lebih mudah terjangkit DBD dibanding orang dewasa. Alasannya, sistem kekebalan tubuh anak-anak lebih rendah dibanding orang dewasa.

Itu terbukti dengan jumlah kasus selama delapan pekan ini, ada 409 warga yang terdeteksi DBD. Rinciannya, jumlah pasien positif DBD sebanyak 49 orang dan delapan di antaranya meninggal dunia. Sedangkan 352 orang pasien masih berstatus suspek DBD.

“Rata-rata usia anak-anak,” sebut Eko.

Pihaknya menerangkan, nyamuk Aedes Aegypti seringkali menyerang pada pagi dan sore hari. Puncaknya, pukul 07.00-09.00 WIB dan 15.00 WIB.

Dinkes Kabupaten Jepara telah jauh-jauh hari melibatkan Puskesmas, kecamatan dan desa untuk mencegah penyebaran DBD. Aksi yang dilakukan seperti penyuluhan keliling ke masyarakat untuk menjaga kebersihan rumah dan lingkungan.

Masyarakat diajak untuk rutin melaksanakan gerakan 3M plus. Yaitu menguras tempat penampungan air, menutup penampungan air, mengubur tempat-tempat penampung air yang tidak berfungsi dan mencegah gigitan serta perkembangbiakan nyamuk.

”Gerakan ini harus rutin dilakukan. Minimal rutin seminggu sekali. Baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Di tempat-tempat sempit dan tersembunyi,” jelas Eko.

Selain itu, imbuh Eko, Dinkes juga telah dan akan melaksanakan fogging. Fogging dilakukan dengan kriteria tertentu. Antara lain didahului dengan penyelidikan epidemiologi, penelusuran jumlah orang yang terjangkit DBD dan angka bebas jentik di lingkungan setempat.

”Jika ada indikasi-indikasi yang mengarah ke DBD, segera periksa ke fasilitas kesehatan terdekat,” tandas Eko. (MIKJPR-01)

Reporter : AND/SW
Editor : Haniev

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here