Google search engine

MIKJEPARA.com, JEPARA – Secara tiba-tiba harga kopi lokal Jepara mengalami kenaikan, hal tersebut bukannya membuat para petani gembira namun menjadikan kepanikan. Para petani pun justru harap-harap cemas, dengan kondisi ketidakpastian harga.

Ahmad Junaidi, salah satu petani asal Desa Tempur, Kecamatan Keling, yang ikut merasakan kecemasan itu. Ia mengaku panik dengan kondisi ini, bila berlarut-larut tentu tidak ideal bagi pasar kopi di daerah.

Ilustrasi : Kopi

Betapa tidak, selama 1,5 bulan terakhir harga kopi Jepara sangat fluktuatif. Dari harga normal biji kopi Tempur Rp 30-32 ribu per kilogram, lalu tiba-tiba melesat menjadi Rp 45-47 ribu per kilogram. Kemudian dalam sepekan terakhir harganya terjun di angka Rp 40 ribuan per kilogram.

“Kondisi ini penuh dengan ketidakpastian. Tentu sangat mengkhawatirkan untuk para petani,” kata Junaidi

Kekhawatiran itu bukan tanpa alasan. Junaidi menjelaskan, kenaikan harga biji kopi secara otomatis berpengaruh pada harga jual kopi dalam bentuk bubuk. Dia menyontohkan, dua kilogram biji kopi hanya bisa menjadi 1,5 kilogram bubuk.

Modal untuk membuat bubuk kopi seberat 1,5 kilogram yang nantinya dijual dalam kemasan sekitar Rp 130 ribu. Tentunya, harga jual harus menyesuaikan harga biji saat ini. Misalnya, bubuk kopi dalam kemasan ukuran 250 gram yang biasanya dibandrol dengan harga Rp 20-25 ribu, kini penjual terpaksa menjualnya dengan harga kisaran Rp 40 ribu.

Kecemasan yang sama juga dirasakan oleh Suparjo, petani kopi asal Desa Sumanding, Kecamatan Kembang. Lain harga dengan Kopi Tempur, biji Kopi Sumanding hanya sempat menyentuh harga tertinggi Rp 41 ribu per kilogram.

“Sekarang harganya Rp 37 ribu. Sepertinya ini sudah mulai normal lagi. Tidak lama lagi mungkin kembali ke standar Rp 30 ribu per kilogram,” kata Suparjo.

Suparjo tak tahu persis penyebab kenaikan harga yang tiba-tiba itu. Dia mengira, saat ini belum musim panen raya, tetapi ekspor kopi di pasar lokal berkurang. Sehingga kopi lokal harus menutup kuota kebutuhan pasar.

“Tiba-tiba harga naik, terus turunnya juga tiba-tiba turun drastis. Kasihan petani,” ungkap Suparjo.

Meskipun harga biji kopi naik, untuk sementara waktu ini Suparjo masih mempertahankan harga lama. Yakni masih tetap di kisaran Rp 100-130 ribu per kilogram bubuk kopi. Alasannya, jika harga biji kopi masih di angka Rp 40 ribu, dia masih bisa mendapatkan keuntungan meskipun lebih sedikit. Tetapi kalau sudah di atas itu, bisa jadi dia akan menaikkan harga jual bubuk dalam kemasan.

“Sementara kita bertahan dulu. Yang penting kita tidak rugi,” ucap Suparjo.

Suparjo memprediksi harga biji kopi akan bertahan di kisaran Rp 30-35 ribu per kilogram. Alasannya, musim ini produksi kopi terbilang berkurang karena faktor cuaca yang tak menentu. Di sisi lain, pecinta kopi lokal Jepara semakin meningkat dari berbagai kalangan. (MIKJPR-01)

Reporter : DAn/Xpo
Editor : Haniev

Tinggalkan Balasan