Home Berita Jepara Hari Ini Warangka Keris Wulan Tumanggal Pesisiran, Miripkah Dengan Buritan Kapal Jung Era Kalinyamat...

Warangka Keris Wulan Tumanggal Pesisiran, Miripkah Dengan Buritan Kapal Jung Era Kalinyamat ?

0

MIKJEPARA.com, JEPARA – Saat Islam masuk ke Nusantara, bendera dan lambang bulan sabit lazim digunakan sebagai simbol. Seperti Kesultanan Aceh, Kesultanan-kesultanan di Melayu, Demak, bahkan hingga era Mataram Islam. Ada yang memakai bulan sabit dan bintang, ada pula yang hanya bulan sabitnya saja. 

Simbol ini ternyata juga mempengaruhi bentuk warangka keris, hingga muncullah warangka Wulan Tumanggal. Wulan artinya Bulan dan Tumanggal artinya menjadi penanda masuknya tanggal baru.  

Keris dengan warangka Wulan Tumanggal kreasi baru

Sebuah warangka dengan gaya model bulan sabit atau hilal yang digunakan sebagai penanda waktu atau tanggal. Karena itu, warangka ini juga dikenal dengan nama warangka Penanggalan atau Tanggalan.

Namun ada juga yang membedakan warangka tersebut didasarkan pada kearifan lokal, misalnya saja wilayah kemaritiman yang banyak memiliki kapal atau Jung. Hingga bentuk lekukannya aerodinamis seperti buritan kapal, yang konon berasal dari wilayah pesisiran jawa.

Soal asal muasal Wulan Tumanggal, Bambang Harsrinuksmo dalam “Ensiklopedi Keris” mengungkapkan bahwa warangka model ini mulai muncul dan dikenal sejak zaman Kesultanan Demak. Jadi bisa saja, gaya ini diadopsi hingga era Ratu Kalinyamat berkuasa di Jepara yang dahulunya wilayah teritorinya dipisahkan oleh Selat Muria.

Warangka jenis ini muncul dari Jawa menyebar sampai Sumatra dan Semenanjung Malaya. Dimulai saat Pati Unus menyerbu Portugis di Malaka, lalu diadopsi orang Melayu dan sekitarnya dengan inovasi ciri daerah masing-masing.

Warangka bulan sabit ini kemudian menghilang pada akhir zaman Mataram Kartasura. Di beberapa temuan keris lawas, warangka tersebut pun jarang banyak ditemui. Namun dari beberapa cerita tutur, warangka jenis ini pun di Jepara memiliki “cita rasa” gaya pesisiran.

Perkumpulan Pelestari Tosan Aji Jepara (PPTAJ) dalam beberapa risetnya terkait beberapa gaya khas pesisiran, mulai mencari beberapa kesamaannya. Bahkan, memperkirakan hal yang sama juga dimiliki oleh Jepara dalam bentuk Warangka Wulan Tumanggal gaya Pesisiran Jepara dengan ciri khas mirip dengan buritan kapal era Kalinyamat yang di sebut Jung Jawa.

Warangka wulan tumanggal pesisiran merupakan jenis warangka keris yang populer, terutama di daerah pesisir Jawa. Modelnya yang melengkung seperti bulan sabit dan sering kali disungging (dicat) dengan motif khas pesisiran, seperti motif laut atau perahu, menjadi ciri khasnya.

Sementara Haryono Haryoguritno dalam buku “Keris Jawa: Antara Mistik dan Nalar” mengatakan bahwa beberapa keterangan menyebutkan bentuk Penanggalan (Wulan Tumanggal) dahulu lazim dibuat pada masa Kerajaan Mataram Senopaten hingga Mataram Mangkurat di Kartasura. Masa sebelum Mataram terpecah menjadi Surakarta dan Yogyakarta.

Kini warangka Wulan Tumanggal sering muncul di sandangan keris Yogyakarta. Mungkin karena Yogya meneruskan gaya sandangan keris Mataram di mana warangka ini pernah jamak digunakan.

Sementara di Surakarta juga ada warangka Wulan Tumanggal dengan model agak berbeda deri model Yogya, malah lebih mirip Melayu. Warangka Wulan Tumanggal gaya Surakarta ini juga tidak banyak beredar sebabagaimana Wulan Tumanggal gaya Yogya.

Terlampir adalah warangka Wulan Tumanggal gaya Yogyakarta yang saya pakai untuk menyandangi keris tangguh Majapahit. Warangka dari Cendana Jawa ngenam kepang ini mengikuti pakem Yogya yaitu punggung warangka menutup lekukan ganja wilut kerisnya.

Hulu atau dedernya dari kayu Tayuman berukir Gurdo dipadu mendak perak kendit mata intan. Sedangkan pendoknya pendok slorok perak diukir motif Gurdo agar selaras dengan dedernya. Sebuah sandangan sederhana namun mewakili identitas saya sebagai seorang Jawa yang beragama Islam. 

Mungkinkah di Jepara sendiri, memiliki gaya dan spesifikasi kayu warangka yang digunakan. Misalnya, material kayu Dewandaru atau Kalimasada yang banyak tumbuh di pesisiran. Bahkan dihiasi dengan deder janggelan pesisiran yang memiliki ukiran khas dan unik? Hingga kini belum ada salah satu temuan yang menggambarkan hal tersebut. (MIKJPR-01)

Reporter : AD/DS
Editor : Hnv

NO COMMENTS

Tinggalkan BalasanBatalkan balasan

Exit mobile version